RESUME BUKU “TEORI
PUBLIC RELATIONS PERSPEKTIF BARAT DAN LOKAL”
A.
Publik dan Stakeholder
Publik
yaitu “kelompok individu yang tertarik dan berbagi terhadap suatu isu,
organisasi, atau ide” (Seitel, 2001 : 12). Menurut
Blumer (1946) dan Dewey (1927), dikutip di Grunig (1979) dan Grunig & Hunt
(1984),public dapat diartikan berdasarkan karakteristiknya:
a. Sebagai kelompok individu yang mempunyai perhatian
pada suatu isu. Mereka berhadapan dengan suatu masalah yang hampir sama.
Kepentingan atau perhatian ini yang mengikat anggota publik secara emosional.
b. Menyadari dan mengenal isu atau masalah tersebut
relevan atau terkait bagi mereka. Ada di antara mereka mempunyai pandangan yang
sama terhadap isu tersebut, namun ada pula yang mempunyai pandangan berbeda.
c. Melakukan aktivitas tertentu terkait isu atau
masalah yang dihadapi, seperti mendiskusikannya dan terbuka peluang bekerja
sama untuk menyelesaikan masalah terkait isu yang dihadapi, berdemonstrasi,
membuat poster atau spanduk, dan melakukan aksi boikot. Sebagai contoh penduduk
yang rumahnya tenggelam karena Lumpur Lapindo adalah publik dari isu meluapnya
lumpur di Sidoarjo. Mereka berbagi bersama, misalnya membentuk organisasi untuk
memperjuangkan nasibnya.
d. Tidak harus berada dalam satu wilayah geografis. Publik
bisa berada dalam tempat yang berjauhan dan tidak saling mengenal (anonym).
Contoh public: penggemar acara Opera van Java di Trans. Mereka mempunyai
perhatian yang sama pada acara itu dan tempat tinggalnya bisa berbeda kota.
Setiap orang bisa menjadi anggota beberapa publik. Ketika mahasiswa, anda ialah
publik internalnya universitas dan publik eksternalnya Bank BNI (tempat
membayar SPP). Jika lulus, Anda ialah publiknya organisasi yang sedang mencari
tenaga kerja. Setelah menikah, anda ialah publiknya pengembang real-estate sebagai pangsa pasar
perumahan, dan sebagainya (Kriyantono, 2012a).
e. Publik muncul dengan sendirinya ketika menghadapi
isu bersama; publik tidak memilih dan tidak dipilih oleh organisasi; suka atau
tidak suka, organisasi harus berkomunikasi dengan publik. Beda, misalnya,
dengan pasar (market segmen) yang memilih dan dipilih oleh organisasi
berdasarkan kepentingan tertentu. Organisasi memilih pasar tertentu dari publik
tertentu (Smith, 2002: 39).
Stakeholder mempunyai cakupan yang luas daripada publik. Teori ini
menjelaskan
proses membangun relasi yang dilakukan organisasi
dengan para aktor di sekitar yang terkait dengan operasional organisasi
sehari-hari. Teori ini dikembangkan oleh Edward Freeman pada 1984, yang
dimaksudkan menawarkan pendekatan pragmatis untuk mendorong organisasi memahami
stakeholder-nya agar dapat mencapai
kondisi terbaik – Freeman menyebut kondisi terbaik ini sebagai “superior performance”. Freeman
berpendapat bahwa tanggung jawab social organisasi terkait dengan stakeholder. Perspektif public
relations mengutip Bussy (2008: 4816),
Mainardes, dkk. (2011:233) Heath (2005:809), dan Pesqueux 7 Damak-Ayadi
(2005: 9), teori stakeholder sering digunakan dalam
tiga pendekatan teori :
1. Teori stakeholder
deskriptif, yaitu untuk mendeskripsikan karakteristik dan perilaku atau
aktivitas actual yang dikerjakan organisasi.
2. Teori stakeholder
instrumental, yaitu memahami cara mencapai tujuan organisasi, yaitu keterkaitan
antara strategi manajemen stakeholder dan pencapaian tujuan organisasi seperti
meningkatkan organisasi seperti meningkatkan keuntungan, menghindari tuntutan
hukum, dan mencapai pertumbuhan.
3. Teori stakeholder
normatif, yaitu untuk merancang suatu regulasi tata cara membangun relasi yang
didasarkan landasan etis dan prinsip filosofis organisasi, seperti
mengembangkan tanggung jawab organisasi.
Teori
sistem merupakan teori dasar dari teori stakeholder
ini. Organisasi merupakan
suatu sistem. Organisasi juga merupakan subsistem
dari sistem sosial yang lebih luas. Aktivitas organisasi mempunyai konsekuensi
atau dampak terhadap subsistem lainnya sebagai anggota sistem. Peran public relations disini sebagai alat
mendeteksi dampak yang terjadi dari hubungan antara organisasi dan subsistem
lainnya. Subsistem yang terdapat di luar organisasi antara lain publik dan stakeholder.
Teori
stakeholder memiliki beberapa premis dasar (Freeman, 1984) diantaranya, yaitu:
1.
Organisasi
seharusnya memperhatikan kebutuhan sekelompok luas stakeholder bukan hanya kebutuhan stockholder. Stockholder
sendiri adalah individu yang memiliki kepentingan finansial di dalam
organisasi, misalnya penanam modal atau pemegang saham.
2.
Stakeholder
yaitu bagian dari keseluruhan proses perencanaan strategis dalam organisasi.
Organisasi yang memiliki sistem jaringan hubungan (link-networks), termasuk saluran komunikasinya, dimungkinkan
dapat mengungguli organisasi lain yang tidak memiliki sistem jaringan hubungan.
3.
Organisasi dan stakeholder dapat saling memengaruhi
dalam proses akomodasi. Contoh: stakeholder
menyediakan sumber daya karyawan. Jika stakeholder
kecewa terhadap aktivitas organisasi, bias saja mereka menarik ketersediaan
sumber daya tersebut.
4.
Teknik
segmentasi marketing seharusnya
digunakan untuk mengategorisasi stakeholder,
memahami kepentingan stakeholder
dengan lebih baik, dan memprediksi perilaku stakeholder.
Premis diatas
disimpulkan menawarkan dua tindakan yang harus dilakukan praktisi public relations agar organisasi dapat
menjalin hubungan harmoni dengan lingkungannya, yaitu (a) mengidentifikasi stakeholder, termasuk kebutuhan dan
kepentingannya; dan (b) menganalisis peran organisasi dalam hubungan dengan stakeholder.
B.
Teori Sistem dan Fungsi Boundary Spanning
Teori
sistem, menurut Heath (2009), mempunyai manfaat untuk memahami proses
public relations.
Teori sistem mengadopsi pemikiran
Darwin tentang evolusi, yang diterjemahkan bahwa organisasi melalui public relations perlu membangun dan
menjaga relasi serta beradaptasi dengan lingkungannya untuk dapat bertahan.
Organisasi adalah suatu
sistem yang di dalamnya terdapat hubungan (interaksi) antarbagian atau
komponennya. Sistem di luar sistem yang lain disebut sebagai lingkungan.
Hubungan antara subsistem dalam suatu sistem dan antara sistem dengan sistem
yang lain (dengan lingkungannya) memungkinkan terjadinya pertukaran input dan
output.
Sebagai suatu sistem,
karakteristik organisasi yang dimiliki setiap sistem sosial, yaitu :
1. Keseluruhan dan saling bergantung ( whoeleness and
interdependence)
Organisasi adalah satu kesatuan, karena
bagian-bagiannya berhubungan satu sama lain dan tidak dapat dipahami secara
terpisah. Misalnya, Departemen Public Relations berkaitan dan saling mendukung
fungsi pemasaran.
2. Hierarki
Satu sistem merupakan bagian dari sistem yang lebib
besar.
3. Peraturan sendiri dan kontrol,
Aktivitas sistem diarahkan untuk mencapai tujuan
tertentu. Karenanya, sistem mengatur perilakunya dalam mencapai tujuan
tersebut.
4. Pertukaran dengan lingkungan
Sistem berinteraksi dengan lingkungannya.
5. Keseimbangan
Sistem harus tinggal dalam keseimbangan agar tetap
hidup.
6. Perubahan dan kemampuan adaptasi
Untuk mencapai keseimbangan, sistem harus mempunyai
kemampuan menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan.
7. Sama tujuan
Sistem mempunyai tujuan yang sama.
Teori
sistem sangat mempengaruhi praktisi public
relations karena teori ini menjadi
dasar menjalin hubungan dengan publiknya. Definisi
public relations sebagai “management of communication between an organization and
its publics” oleh Grunig & Hunt (1984:6) didasarkan teori sistem atas public relations. Untuk mengatasi
masalah yang muncul, organisasi membutuhkan subsistem public relations yang
dapat menjalin komunikasi antara organisasi dan publik.
Aktivitas
“boundary-spanning” merupakan ciri dari sifat organisasi yang menerapkan sistem
terbuka. Sistem terbuka, yaitu sistem yang membuka diri untuk proses tukar
menukar informasi dan sumber daya dengan lingkungannya. Pada hal ini , praktisi
public relations menganggap bahwa publiknya adalah bagian paling penting dari
lingkungannya, karena itu kemampuan publik dalam memberikan umpan balik kepada
manajemen selalu menjadi perhatian organisasi. Public relations mempunyai tugas
untuk mengevaluasi kualitas hubungan antara organisasi dan publiknya. Tetapi,
jika praktisi public relations lebih banyak memproduksi dan menyampaikan
informasi dengan tanpa atau sedikit sekali memperhatikan umpan balik publiknya,
maka merupakan ciri organisasi dengan sistem tertutup, yaitu organisasi enggan
membuka diri berinteraksi dan tukar-menukar input dan sumber daya dengan
organisasi lainnya.
C.
Mengukur Gangguan dengan Teori Matematika Komunikasi
Teori
ini menggambarkan proses komunikasi antara komunikan dengan komunikator
sebagai proses komunikasi secara linier. Dalam proses komunikasi terdapat informasi
yang berpindah dari titik satu ke titik yang lain. Perpindahan tersebut
terdapat kemungkinan tidak lancarnya informasi yang diterima karena adanya
gangguan. Model ini mempunyai konsep yang saling berkaitan menurut Shannon dan
Weaver, yaitu konsep gangguan (noise),
transmitter, sumber (source), signal,
receiver, destination, entropi, dan informasi. Teori ini, juga menyebutkan bahwa tidak ada
pesan yang nyata (real message), tetapi hanya ada sinyal.
D.
Teori Uncertainty
Reduction: Menjaga Ketersediaan dan Kualitas Informasi
Teori
Uncertainty Reduction (TUR)
mengatakan hidup ini penuh keraguan yang
membuat ketidakjelasan
(ambiguity). Teori ini menjelaskan
bagaimana komunikasi dilakukan untuk mengurangi keraguan, memahami orang lain
dan diri sendiri dan prediksi tentang sikap seseorang ketika bertemu dengan
orang lain pertama kalinya.
Seseorang
memerlukan informasi untuk mengurangi ketidakpastiannya. Berdasarkan pendapat
Berger (1979, dikutip di Flanagin, 2007;Hammer,dkk., 1998) ada beberapa cara
untuk mengurangi ketidakpastian, yaitu:
1. Strategi Pasif (social
comparison)
Strategi ini terjadi jika seseorang hanya mengamati
perilaku orang lain.
2. Strategi Aktif (
seeking information)
Jika seseorang aktif mencari informasi tentang orang
lain melalui pihak ketiga, misal bertanya kepada si Z tentang I
3.
Startegi
interaktif ( verbal interrogative)
Cara
mendapatkan informasi melalui setting
interaksi, yaitu dengan secara langsung bertanya dengan orag ynag mejdi target
komunikan.
Dalam
upayanya mengurangi tidak kepastiaan internal menurut Michael Kramer (1984)
seorang public relations haruslah
mampu mendorong organisasi untuk membangun suatu iklim yang memungkinkan para
supervisor kerja memaikan perannya.
E.
Situational Theory
of the Publics
Teori
ini bermanfaat untuk mengidentifikasi publik sehingga dapat membuat kategori
publik sehingga dapat membuat kategori publik
berdasarkan perilaku komunikasi dari individu dan efek komunikasi yang diterima
individu tersebut. Dalam kaitannya dengan public
relations teori ini membantu untuk membuat target sasaran yang lebh
spesifik, sehingga pesan komunikasinya benar-benar sesuai dengan kebutuhan sasarannya
itu.
Teori ini
membantu praktisi public relations untuk
menjelasakan mengapa ada publik yang bersifat aktif terhadap satu isu, publik
yang lain bersifat aktif terhadap beberapa isu, da nada yang tidak mau tahu.
Praktisi public relations dapat
merencanakan strategi komunikasinya lebih akurat dan efektif jika mengetahui
seberapa aktif publik dalam mencari informasi (Lattimore, dkk.,2007).
Teori
Situasional ini juga dapat dijadikan acuan bagi praktisi public relations untuk bersikap lebih etis dalam kampanyenya.
Karena teori ini membagi publik ke dalam beberapa kategori, sehingga kampanye public relations diharapkan dapat
memengaruhi mereka menjadi publik aktif.
F.
Teori Strukturasi: Reproduksi Struktur dalam
Organisasi
Teori
strukturasi dikemukakan oleh Anthony Giddens tahun 1984 (Falkheimer, 2007).
Teori strukturasi ini dibuat berdasarkan teori
interaksi sosial. Teori ini dikemukan oleh Giddens karena, menurut pandangannya
tenatng individu mempunyai kemampuan untuk mengubah struktur social yang telah
ada. Giddens menyebutkan bahwa individu bebas dalam memillih perilaku
komunikasinya sehingga memengaruhi terciptanya struktur tertentu.
Strukturasi
biasa didefinisikan sebagai proses mereproduksi dan memproduksi stuktur. Jadi,
komunikasi dalam suatu sistem sosial adalah hasil produksi perilaku komunikasi
individu dan struktur social perilaku social. Salah satu contohnya adalah,
Nanda adalah mahasiswa aktif Ilmu Komunikasi UB juga, mahasiswa yang aktif
mengikuti kepanitiaan-kepanitiaan di kampus. Suatu hari, salah satu kepanitiaan
yang ia ikuti sedang membutuhkan Walky Talky (HT). Akhirnya, Nanda menawarkan
diri untuk meminjamkan HT milik ayahnya dan berhasil dipinjam tanpa membayar
biaya sewanya, Semenjak peristiwa tersebut, Nanda terus ditaruh di posisi
perlengkapan. Lewat, peristiwa ini mungkin Nanda hanya berniat untuk membantu
tanpa bermaksud apapun. Tetapi, teman-temannya menunjukkan bahwa Nanda adalah
orang yang sangat membantu kepanitiaan dan anda ditetapkan daam panitia itu.
Kaarena itu, muncullah struktur baru, yaitu “peran seksi perlengkapan identitik
untuk Nanda”
Seiring
berjalannya waktu, Marshall Scoot Pole dan Robert McPhee mengembangkan teori
ini untuk menerangkan proses komunikasi organisasi. Karena, teori strukturasi
mendeskripsikan bahwa institusi social berarti kelompok dan organissi termasuk
di dalamnya diproduksi, direproduksi dan
ditransformasi melalui penggunaan aturan sosial.
West
& Turner (2007) menyebut sistem dalam teori strukturasi yaitu organisasi
itu sendiri dan tingkah laku anggotanya utuk mencapai tujuan dalam organisasi
tersebut. Falkheimer (2009) berpendapat bahwa teori strukturasi memiliki
perbedaan dengan teori sistem, tetapi memiliki kesamaan pandangan dengan teori
konstruksi sosial.
Teori
strukturasi kaitannya dengan bidang public
relations berada di tengah dua teori yang besar, yaitu (a) teori
instrumental agency oriented yang tidak mengakui adanya kekuatan struktur, (b)
teori kritis yang hanya memandang public
relations sebagai strategi tersembunyi yang digunakan elite untuk
mendominasi ruang publik (Falkheimer, 2007 : 288). Dalam hal ini, struktur
organisasi bukan suatu hal yang permanen karena, mengingat sifat organisasi
yang dinamis. Struktur dalam setiap organisasi haruslah rutin di evaluasi.
Evaluasi inilah yang memunculkan perbaikan-perbaikan ketika ada masalah yang
muncul. Peran komunikasi yaitu sebagai sarana untuk membentuk, menjaga, dan
mengubah struktur inilah yang disebut strukturasi.
Giddens
(1979) menjelaskan bahwa ada beberapa asumsi pokok teori strukturasi, yaitu :
1. Manusia adalah aktor (agen) yang menentukan pilihan
sendiri atas perilakunya.
2. Organisasi diproduksi dan direproduksi melalui
struktur, yaitu penggunaan aturan dan sumber daya dalam interaksi sosial.
3. Struktur bukanlah entitas fisik, melainkan merupakan
seperangkat peraturan (rule) dan
sumber daya (resources) yang
digunakan organisasi untuk mencapai tujuannya.
4. Karena struktur (aturan dan sumber daya) bersifat
dinamis, maka struktur dalam organisasi bukan hanya dibenetuk pada awalnya saja
(produced), melainkan organisasi
adalah media bagi agency sekaligus
hasil dari interaksi agency
(Falkheimer, 2007 :288). Public reltions memiliki peran menjadi mediator
menghubungkan strukur di satu sisi dan agency di sisi lainnya, sehingga
dualitas struktur bias berjalan harmoni.
Teori strukturasi ini menekankan bahwa proses
komunikasi dalam public relations
adalah
hal yang dinamis, bukan hanya dilakukan oleh
praktisi public relations tetapi,
oleh semua anggota organisasi. Public
relations mendukung semua level dalam organisasi tidak hanya sebagai fungsi
top manajemen. Peran public relations juga mengkomodasi dan mengarahkan proses
strukturasi agar tidak melenceng dari tujuan organisasi.
Teori
strukturasi memandang praktisi public
relations sebgai kekuatan komunikasi yang melayani terjadinya reproduksi
dan/atau transformasi suatu ideologi (struktur) dominan dari suatu organisasi.
Jadi, public relations bukan hanya
bertugas mengadaptasikan ideologi itu kepada publiknya (Falkheimer, 2007)
G.
Teori Motivasi dan Gaya Manajerial
1.
Teori Hierarki
Kebutuhan
Teori ini dicetuskan oleh Abraham Maslow. Teori ini
menggambarkan beberapa tingkatan kebutuhan yang harus terpenuhi agar seseorang
merasa puas, yaitu:
a.
Kebutuhan fisiologis,
seperti makan, minum, buang air besar, pakaian. Inilah kebutuhan yang harus
terpenuhi dahulu.
b.
Kebutuhan
keselamatan dan keamanan, seperti bebas dari ancaman, jaminan hari tua, uang
pension, pekerjaan tetap, dan perasaan aman.
c.
Kebutuhan
sosial, seperti kebutuhan bergaul dengan sesama, diterima di lingkungan sosial,
berorganisasi dan pertemanan.
d.
Kebutuhan
aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk mengekspresikan kemampuan diri,
menunjukkan hasil karya kepada orang lain, dan kebutuhan untuk berprestasi.
Keempat kebutuhan tersebut dalam hierarki yang
dibuat oleh Maslow. Kebutuhan yang paling rendah adalah fisiologis harus
terpenuhi lebih dahulu sebelum memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi.
2.
Teori X dan Y
Douglas McGregor (1967) mengenalkan dua macam teori
manajerial seorang manajer yaitu teori X dan teori Y. Teori X diasumsikan
sebagai upaya untuk mengelola orang memotivasi mereka dengan kekuatan fisik dan
kekuasaan. Sedangkan, asumsi untuk teori Y adalah ada beberapa kebutuhan yang
harus dimengerti manajer, yaitu: kebutuhan psikologis; keamanan dan keselamatan
termasuk proteksi dari bahaya, ancaman, dan perampasan hak-hak karyawan;
kebutuhan sosial, pertemanan, rasa memiliki, kebutuhan untuk berkumpul, beroraganisasi;
dan kebutuhan yang berssifat individual, harga dari, dihormati, kepercayaan
diri, tidak terkekang, kebutuhan akan prestasi, serta status sosial (Quaal
& Brown, 1976 : 16)
3.
Teori V
Teori ini memandang proses manajerial adalah proses
relasi dua arah. Hubungan ini dinyatakan dalam rumus teori V, yaitu:


Keterangan:
V = proses manajemen yang dinamis yaitu suatu fungsi manajer yang M =
mengarahkan
D = karyawan (manage) sebagai objek untuk m =
mengaktualisasikan a = maksud manajer tadi.
4. Teori Kesehatan – Motivator
Faktor motivasi berkaitan dengan pekerjaan itu
sendiri, contohnya penghargaan, tanggung jawab, kemauan pekerjaan, prestasi
kerja, dan peluang pengembangan diri. Bila faktor motivasi terpenuhi, maka
karyawan merasa puas dan termotivasi untuk meningkatkan produktivitas dan
kinerjanya. Namun bila tidak terpenuhi karyawan akan merasa kurang termotivasi.
Jika faktor-faktor kesehatan dipenuhi, seperti gaji, supervisi, keamanan kerja,
kebijakan organisasi, kondisi lingkungan kerja, administrasi dan hubungan
dengan rekan kerja, maka karyawan tidak mengalami kepuasan atau tidak tampak
termotivasi (Pace & Faules, 2001).
5.
Empat Gaya
Manajerial dari Likert ( Likert’s Four Systems)
Teori yang digagas Rensis Likert (1967) ini menjelaskan
empat gaya atau sistem manajerial yang berdasarkan beberapa variabel manajerila
dalam suatu analisis, yaitu motivasi, komunikasi, interaksi, pengambilan
keputusan, pengawasan, level tanggung jawab, dan kinerja (Dainton & Zelley,
2005; Pace& Faules, 2001). Likert membagi empat tipe manajerial tersebut,
yaitu :
a.
Sistem 1 : Gaya
penguasa mutlak (the exploitative
authoritative)
b.
Sistem 2 : Gaya
semi mutlak ( the benevolent
authoritative system)
c.
Sistem 3 : Gaya
penasihat ( the consultative system)
d.
Sistem 4 : Gaya
pengajak serta (the participative
management system)
Bagi praktisi public relations memahami motivasi kerja
karyawan adalah suatu
keharusan. Karena, pengetahuan tentang motivasi ini
akan menimbukan suatu feedback yang
dapat membantu managemen untuk membuat strategi peningkatan motivasi kerja bagi
karyawan. Motivasi yang tinggi ini
diharapkan dapat membuat peningkatan pada produktivitas dan kinerja karyawan.
Teori
motivasi tersbut memberikan informasi bahwa karyawan memiliki kebutuhan yang
sifatnya universal, karyawan memiliki kebutuhan yang dijelaskan dari beberapa
teori diatas. Tugas public relations
selanjutnya adalah :
1. Terpenuhi atau tidak kebutuhan tersebut, seberapa
besar bila terpenuhi,kendala apa yang membuat kebutuhan tersebut tidak
terpenuhi. Solusinya adalah menghubungi lewat komunikasi informal seperti,
komunikasi antarpersonal pada karyawan di departemennya masing-masing.
2. Public relations mempunyai tugas menyampaikan
kebutuhan tersebut kepada tim manajemen, menyampaikan ide dan masukan pada
manajme terkait motivasi karyawan.
3. Merancang program komunikasi yang bias mendorong
peningkatan motivasi kerja. Contoh, penghargaan diri, aktualisasi diri, program
diskusi bulanan, dll.
4. Mendorong iklim komunikasi organisasi yang kondusif.
Daftar Pustaka
Kriyantono,
R.(2014). Teori Public Relations
Perspektif Barat & Lokal. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group
Komentar
Posting Komentar